Dataran tinggi Dieng yang disebut sebagai Negeri di Atas Awan karena ketinggian gunungnya mencapai 2565 mdpl dan sering berselimutkan kabut menyimpan eksotisme kekayaan alam dan keunikan budaya tersendiri.
Danau, kawah vulkanik aktif, pemandian air panas alami belerang dan adanya peninggalan situs kompleks candi berabad silam melengkapi keunikan sejarah dan budaya berdampingan dengan pemandangan alam menakjubkan di Dieng.
Danau atau disebut Telaga Warna adalah salah satunya.
Karena berkat keunikan perubahan warna airnya telaga ini tak pernah surut pamornya.
Cerita liburanku ke Telaga Warna di Dieng yang juga dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa dewi kahyangan bermula dari keinginanku mengulang kembali pernah kesana sewaktu liburan bersama keluargaku saat dulu aku masih di usia bangku sekolah dasar.
Nostalgia begitu ceritanya ... .
Akhirnya hari keberangkatan yang telah kujadwalkan tiba.
Perbekalan secukupnya yang telah kupersiapkan dari semalam tak lupa kumasukkan di bagasi sebelum jam keberangkatan.
Berbeda kondisi dengan dulu, saat itu liburan ke Dieng bersama anggota keluarga sekarang aku nekad mencoba melakukan perjalanan seorang diri.
Daan ... , naik motor.
Bukan mobil.
Motor matic pula.
Berbekal jaket jeans tebal, syal dan sarung tangan start keberangkatan perjalanan menuju ke Dieng dari kota tempat tinggalku kumulai tepat jam 5 subuh.
Ditengah perjalanan sebelum memasuki kota Wonosobo, aku sempat dua kali berhenti istirahat sejenak di warung makan untuk numpang 'setor' pipis [Ohh, maaf 🤭], melemaskan otot badan dan menghimpun 'amunisi' percaya diri bahwa nantinya aku pasti bisa dan akan baik - baik saja mengendalikan laju kemudi motorku melewati jalur dari dan ke Wonosobo - Dieng yang memang medan jalannya tidaklah mudah dilalui.
Berliku - liku dan menanjak, juga kiri dan kanan jalannya berbatasan langsung dengan jurang yang sangat dalam.
Howaaaa ..., sebenarnya ini adalah catatan rekor buatku berani melakukan perjalanan jauh seorang diri melewati rute medan jalan yang cukup sulit.
Dan betul saja, nyatanya aku berhasil melewati rute dari kota Wonosobo - Dieng dengan baik.
Meski lama perkiraan di peta digital jarak tempuh dan waktu catatan tertulis 24, 8 kilometer yang seharusnya 'cuma' ditempuh dengan perkiraan waktu sekitar 1 jam.
Tapi rutenya kutempuh lebih dari ..., 1 jam setengah.
Hampir 2 jam malah !.
Ha ha ha !.
Kulihat waktu di arlojiku menunjukkan waktu hampir mendekati jam 11 siang saat aku tiba di depan pintu gerbang loket Telaga Warna.
Itu tandanya menunjukkan waktu jarak tempuh dari rumah ke lokasi memerlukan waktu sekitar 6 jam.
Menurut kisah legenda masyarakat turun temurun, warna air Telaga Warna yang seringkali berubah - ubah warnanya dalam suatu waktu tertentu ..., sekali waktu air telaga tampak berubah warna menjadi biru, terkadang tampak hijau dan bahkan warna pelangi tersebut dipercaya merupakan pantulan cahaya dari manik - manik pakaian dan perhiasan milik seorang ratu dan putrinya yang tenggelam berada di dasar telaga di saat mereka mandi di salah satu dari dua telaga yang berada disana.
Berdasarkan hasil penelitian ilmiah, tentu berbeda dengan kisah legenda masyarakat.
Menurut penelitian ilmiah, air telaga yang seringkali berubah warna tersebut dikarenakan tingginya kandungan kadar belerang yang mengendap berada di dasar telaga yang menghasilkan perubahan warna air jika terpantul oleh sinar cahaya matahari.
Biar bagaimanapun faktanya kita sebaiknya tetap menghormati dan bijak ikut menjaga kelestarian budaya yang ada, ya.
Jangan sampai terkikis oleh modernisasi kemajuan jaman.
Tampilan kedua telaga di dalam satu area, hanya terpisahkan oleh sejengkal daratan ini memanglah sangat unik.
Bak sepasang kekasih berdampingan, kedua telaga memilki tampilan tak sama.
Satu telaga airnya berwarna sehingga dinamakan Telaga Warna, sedangkan telaga disebelahnya berair sangat jernih sebening kaca maka dinamakan Telaga Pengilon.
Pengilon dalam bahasa Jawa artinya kaca.
Kutelusuri area sekitaran telaga melewati jalan setapak yang saat itu tampak sepi pengunjung, hanya sekali duakali berpapasan dengan seorang pria turis mancanegara yang kelihatannya sama - sama bertujuan melihat beberapa lokasi gua dan pertapaan yang berada di area Telaga Warna.
Si pria bule tampan berpakaian santai dan juga terlihat seorang diri datangnya ke lokasi Telaga Warna itu selalu menebarkan senyum dan mengucapkan say hi setiapkali berpapasan denganku di jalan setapak.
Ya cuma sebatas say hi hi pringas pringis begitu ... .
Selebihnya kami saling melanjutkan perjalanan ke arah yang berbeda.
Tanpa mencoba diantara kami berdua menawarkan diri bantuan saling bantu memotret satu sama lain.
Mengelilingi area Telaga Warna seorang diri sesepi itu tanpa terlihat ada seorangpun di sekitaran membuatku merasa agak ada sensasi tersendiri saat melewati rutenya.
Terutama kurasakan saat aku berada di depan lokasi salah satu pertapaan yang nama lokasi bertapa berikut keterangannya dicantumkan di bongkahan batu, Gua Jaran Resi Kendaliseto.
Dengan diliputi rasa penasaran aku mencoba memberanikan diri mendekati celah gundukan batu besar berukuran sempit ruang masuk ke bagian dalamnya ... .
Dari dalam sana tercium kuat aroma semerbak wangi dupa yang terkesan misterius.
Mungkin saat itu di dalam ruangan bongkahan batu besar tersebut sedang ada seseorang melakukan bertapa atau meditasi.
Aku hanya berdiri mendekat sampai disitu.
Tak berani melanjutkan dan mencoba nekad melongok lebih dalam lagi ke ruangan dalam celah batunya yang jika dilihat rasanya perlu sedikit perjuangan untuk dapat memasukinya karena sempitnya ukuran celah batu.
Selain itu juga memang terdapat larangan peraturan tertulis, untuk siapapun pengunjung akan memasuki ruangan dalam celah batu untuk tujuan sekedar melihat atau untuk keperluan bertapa harus terlebih dahulu seijin pengelola.
Di dalam area Telaga Warna selain terdapat pertapaan Gua Jaran Resi Kendaliseto, juga terdapat beberapa lokasi pertapaan lainnya :
◽Gua Sumur Eyang Kumalasari
◽Batu Tulis Eyang Purbo Waseso
◽Mandalasari Begawan Sampurna Jati
◽Gua Semar
Menurut keterangan yang kubaca di papan informasi yang berada di depan lokasi pertapaan Gua Semar, merupakan satu - satunya tempat bertapa di area Telaga Warna yang dibangun dengan cukup mewah berbentuk rumah joglo Jawa, dahulu kala sering dipergunakan oleh Presiden RI. Soeharto untuk tempat bertapa.
Jelajah area Telaga Warna kuakhiri setelah mendadak cuaca berubah yang sebelumnya cerah menjadi mendung dan mulai terlihat turun kabut.
Menandakan hujan besar akan segera turun membasahi Dieng.
Lain cerita keberangkatan, lain pula cerita kepulangan.
Awalnya aku merasa senang telah kesampaian bernostalgia di Telaga Warna, tapi tiba - tiba di tengah perjalanan pulang adrenalinku berpacu kencang dan mendadak wajahku berubah pucat setelah kulihat sekilas dari kaca spion motorku.
Pasalnya aku terjebak macet panjang di salah satu jalanan menukik curam akibat ada kejadian satu kendaraan mobil pribadi berhenti mengalami kerusakan mesin di tengah jalan, otomatis menyebabkan kemacetan cukup panjang.
Wajahku bukan pucat karena melihat ada musibah itu, tapi posisi motorku berhenti menunggu antrian bergiliran lewat satu arah berhenti persis berada di tepi jurang yang menganga luas dan sangat dalam yang hanya dibatasi besi baja!.
Sambil terus kutahan kedua rem kanan dan kiri kendaraan, kulihat jauh jurang dibawah sana terdapat beberapa rumah warga yang tampak terlihat berukuran sangat kecil dilihat dari jalan raya tempat posisi motorku berhenti.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya terjadi musibah kecelakaan kendaraan jatuh terjerembab disana, entah apa jadinya ... .
Sekitar lima belas menit kemudian kemacetan yang terjadi berangsur pulih dan kulanjutkan perjalanan kembali.
Kendala kedua terjadi kembali.
Kali ini terjebak hujan deras disertai turunnya kabut tebal yang menyebabkan jarak pandang jadi terbatas dan sorot lampu dim motor jarak jauh tak dapat menembus pekatnya kabut. Kejadian terjadi di lintas jalan utama Parakan - Wonosobo, di dekat rest area Kledung.
Demi menghindari kejadian yang tak diinginkan dan tak berani mengambil resiko melewati jalanan yang tertutup kabut tebal, aku memilih menepi sesaat di emperan kios yang sore itu telah tutup sambil sesekali melihat gambarku di kamera hasil bidikan bantuan dari bapak petugas Telaga Warna yang menawarkan bantuannya untuk memotretku.
Lokasi :
Telaga Warna
Kalilembu, Dieng, Kejajar.
Kabupaten Wonosobo
Tiket :
◽Turis lokal
🔸12,5K weekday
🔸15K weekend
◽ Turis Mancanegara
🔸107,5K weekday
🔸157,5K weekend
[Anak usia diatas 5 tahun dikenai beaya penuh]
Jam Operasional lokasi :
07.00 hingga 15.00
Danau, kawah vulkanik aktif, pemandian air panas alami belerang dan adanya peninggalan situs kompleks candi berabad silam melengkapi keunikan sejarah dan budaya berdampingan dengan pemandangan alam menakjubkan di Dieng.
Danau atau disebut Telaga Warna adalah salah satunya.
Karena berkat keunikan perubahan warna airnya telaga ini tak pernah surut pamornya.
Cerita liburanku ke Telaga Warna di Dieng yang juga dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa dewi kahyangan bermula dari keinginanku mengulang kembali pernah kesana sewaktu liburan bersama keluargaku saat dulu aku masih di usia bangku sekolah dasar.
Nostalgia begitu ceritanya ... .
Akhirnya hari keberangkatan yang telah kujadwalkan tiba.
Perbekalan secukupnya yang telah kupersiapkan dari semalam tak lupa kumasukkan di bagasi sebelum jam keberangkatan.
Berbeda kondisi dengan dulu, saat itu liburan ke Dieng bersama anggota keluarga sekarang aku nekad mencoba melakukan perjalanan seorang diri.
Daan ... , naik motor.
Bukan mobil.
Motor matic pula.
Berbekal jaket jeans tebal, syal dan sarung tangan start keberangkatan perjalanan menuju ke Dieng dari kota tempat tinggalku kumulai tepat jam 5 subuh.
Ditengah perjalanan sebelum memasuki kota Wonosobo, aku sempat dua kali berhenti istirahat sejenak di warung makan untuk numpang 'setor' pipis [Ohh, maaf 🤭], melemaskan otot badan dan menghimpun 'amunisi' percaya diri bahwa nantinya aku pasti bisa dan akan baik - baik saja mengendalikan laju kemudi motorku melewati jalur dari dan ke Wonosobo - Dieng yang memang medan jalannya tidaklah mudah dilalui.
Berliku - liku dan menanjak, juga kiri dan kanan jalannya berbatasan langsung dengan jurang yang sangat dalam.
Howaaaa ..., sebenarnya ini adalah catatan rekor buatku berani melakukan perjalanan jauh seorang diri melewati rute medan jalan yang cukup sulit.
Dan betul saja, nyatanya aku berhasil melewati rute dari kota Wonosobo - Dieng dengan baik.
Meski lama perkiraan di peta digital jarak tempuh dan waktu catatan tertulis 24, 8 kilometer yang seharusnya 'cuma' ditempuh dengan perkiraan waktu sekitar 1 jam.
Tapi rutenya kutempuh lebih dari ..., 1 jam setengah.
Hampir 2 jam malah !.
Ha ha ha !.
Kulihat waktu di arlojiku menunjukkan waktu hampir mendekati jam 11 siang saat aku tiba di depan pintu gerbang loket Telaga Warna.
Itu tandanya menunjukkan waktu jarak tempuh dari rumah ke lokasi memerlukan waktu sekitar 6 jam.
Menurut kisah legenda masyarakat turun temurun, warna air Telaga Warna yang seringkali berubah - ubah warnanya dalam suatu waktu tertentu ..., sekali waktu air telaga tampak berubah warna menjadi biru, terkadang tampak hijau dan bahkan warna pelangi tersebut dipercaya merupakan pantulan cahaya dari manik - manik pakaian dan perhiasan milik seorang ratu dan putrinya yang tenggelam berada di dasar telaga di saat mereka mandi di salah satu dari dua telaga yang berada disana.
Berdasarkan hasil penelitian ilmiah, tentu berbeda dengan kisah legenda masyarakat.
Menurut penelitian ilmiah, air telaga yang seringkali berubah warna tersebut dikarenakan tingginya kandungan kadar belerang yang mengendap berada di dasar telaga yang menghasilkan perubahan warna air jika terpantul oleh sinar cahaya matahari.
Biar bagaimanapun faktanya kita sebaiknya tetap menghormati dan bijak ikut menjaga kelestarian budaya yang ada, ya.
Jangan sampai terkikis oleh modernisasi kemajuan jaman.
Tampilan kedua telaga di dalam satu area, hanya terpisahkan oleh sejengkal daratan ini memanglah sangat unik.
Telaga Warna |
Bak sepasang kekasih berdampingan, kedua telaga memilki tampilan tak sama.
Telaga Pengilon |
Satu telaga airnya berwarna sehingga dinamakan Telaga Warna, sedangkan telaga disebelahnya berair sangat jernih sebening kaca maka dinamakan Telaga Pengilon.
Pengilon dalam bahasa Jawa artinya kaca.
Kutelusuri area sekitaran telaga melewati jalan setapak yang saat itu tampak sepi pengunjung, hanya sekali duakali berpapasan dengan seorang pria turis mancanegara yang kelihatannya sama - sama bertujuan melihat beberapa lokasi gua dan pertapaan yang berada di area Telaga Warna.
Si pria bule tampan berpakaian santai dan juga terlihat seorang diri datangnya ke lokasi Telaga Warna itu selalu menebarkan senyum dan mengucapkan say hi setiapkali berpapasan denganku di jalan setapak.
Ya cuma sebatas say hi hi pringas pringis begitu ... .
Selebihnya kami saling melanjutkan perjalanan ke arah yang berbeda.
Tanpa mencoba diantara kami berdua menawarkan diri bantuan saling bantu memotret satu sama lain.
Mengelilingi area Telaga Warna seorang diri sesepi itu tanpa terlihat ada seorangpun di sekitaran membuatku merasa agak ada sensasi tersendiri saat melewati rutenya.
Terutama kurasakan saat aku berada di depan lokasi salah satu pertapaan yang nama lokasi bertapa berikut keterangannya dicantumkan di bongkahan batu, Gua Jaran Resi Kendaliseto.
Dengan diliputi rasa penasaran aku mencoba memberanikan diri mendekati celah gundukan batu besar berukuran sempit ruang masuk ke bagian dalamnya ... .
Dari dalam sana tercium kuat aroma semerbak wangi dupa yang terkesan misterius.
Mungkin saat itu di dalam ruangan bongkahan batu besar tersebut sedang ada seseorang melakukan bertapa atau meditasi.
Aku hanya berdiri mendekat sampai disitu.
Tak berani melanjutkan dan mencoba nekad melongok lebih dalam lagi ke ruangan dalam celah batunya yang jika dilihat rasanya perlu sedikit perjuangan untuk dapat memasukinya karena sempitnya ukuran celah batu.
Selain itu juga memang terdapat larangan peraturan tertulis, untuk siapapun pengunjung akan memasuki ruangan dalam celah batu untuk tujuan sekedar melihat atau untuk keperluan bertapa harus terlebih dahulu seijin pengelola.
Di dalam area Telaga Warna selain terdapat pertapaan Gua Jaran Resi Kendaliseto, juga terdapat beberapa lokasi pertapaan lainnya :
◽Gua Sumur Eyang Kumalasari
◽Batu Tulis Eyang Purbo Waseso
◽Mandalasari Begawan Sampurna Jati
◽Gua Semar
Menurut keterangan yang kubaca di papan informasi yang berada di depan lokasi pertapaan Gua Semar, merupakan satu - satunya tempat bertapa di area Telaga Warna yang dibangun dengan cukup mewah berbentuk rumah joglo Jawa, dahulu kala sering dipergunakan oleh Presiden RI. Soeharto untuk tempat bertapa.
Jelajah area Telaga Warna kuakhiri setelah mendadak cuaca berubah yang sebelumnya cerah menjadi mendung dan mulai terlihat turun kabut.
Menandakan hujan besar akan segera turun membasahi Dieng.
Nama Dieng merupakan rangkaian terdiri dari dua kata berasal dari bahasa Sansekerta. Dhi dan Hyang. Dhi artinya tempat yang tinggi dan Hyang artinya kahyangan. Jadi dapat diartikan tempat yang tinggi tempat bersemayamnya para dewa dewi kahyangan.
Lain cerita keberangkatan, lain pula cerita kepulangan.
Awalnya aku merasa senang telah kesampaian bernostalgia di Telaga Warna, tapi tiba - tiba di tengah perjalanan pulang adrenalinku berpacu kencang dan mendadak wajahku berubah pucat setelah kulihat sekilas dari kaca spion motorku.
Pasalnya aku terjebak macet panjang di salah satu jalanan menukik curam akibat ada kejadian satu kendaraan mobil pribadi berhenti mengalami kerusakan mesin di tengah jalan, otomatis menyebabkan kemacetan cukup panjang.
Wajahku bukan pucat karena melihat ada musibah itu, tapi posisi motorku berhenti menunggu antrian bergiliran lewat satu arah berhenti persis berada di tepi jurang yang menganga luas dan sangat dalam yang hanya dibatasi besi baja!.
Sambil terus kutahan kedua rem kanan dan kiri kendaraan, kulihat jauh jurang dibawah sana terdapat beberapa rumah warga yang tampak terlihat berukuran sangat kecil dilihat dari jalan raya tempat posisi motorku berhenti.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya terjadi musibah kecelakaan kendaraan jatuh terjerembab disana, entah apa jadinya ... .
Sekitar lima belas menit kemudian kemacetan yang terjadi berangsur pulih dan kulanjutkan perjalanan kembali.
Kendala kedua terjadi kembali.
Kali ini terjebak hujan deras disertai turunnya kabut tebal yang menyebabkan jarak pandang jadi terbatas dan sorot lampu dim motor jarak jauh tak dapat menembus pekatnya kabut. Kejadian terjadi di lintas jalan utama Parakan - Wonosobo, di dekat rest area Kledung.
Demi menghindari kejadian yang tak diinginkan dan tak berani mengambil resiko melewati jalanan yang tertutup kabut tebal, aku memilih menepi sesaat di emperan kios yang sore itu telah tutup sambil sesekali melihat gambarku di kamera hasil bidikan bantuan dari bapak petugas Telaga Warna yang menawarkan bantuannya untuk memotretku.
Lokasi :
Telaga Warna
Kalilembu, Dieng, Kejajar.
Kabupaten Wonosobo
Tiket :
◽Turis lokal
🔸12,5K weekday
🔸15K weekend
◽ Turis Mancanegara
🔸107,5K weekday
🔸157,5K weekend
[Anak usia diatas 5 tahun dikenai beaya penuh]
Jam Operasional lokasi :
07.00 hingga 15.00
Muito lindo as postagens. A cor do lago parece esmeralda. Gostaria de ficar perto de um antigo lago vulcânico. Seria uma experiência extraordinária.
ReplyDeleteMuito obrigado pela sua apreciação, Luiz. Espero que um dia seu desejo de ver esse lago colorido seja um dia realizado. Continue brigando, Luiz. Tenham um bom dia.
DeleteSaudações calorosas da Indonésia.
ReplyDeleteWah butuh perjuangan ya 6 jam baru sampai di sana. 👍
Dan akhirnya terbayar semua..
Negeri di atas awan menyimpan banyak pesona alam ya? 👌
Telaga warna nya keren bisa berubah ubah warna nya.
Yang paling bikin takjub lagi nggak jauh ada telaga di sebelahnya yang berbeda tampilannya yang namanya telaga Pengilon.
Pengilon itu artinya kaca atau cermin ya ? ( I asked my mom before) 😂wkwkwkwk... tadinya penasaran apa arti pengilon itu..😅
Telaga warna itu berubah-ubah karena tingginya kadar belerang ya? Boleh dibuat mancing oleh pengunjung? Hehehe...
Atau alat ttansportasi misalnya rakit buat wisatawan agar mengeliling danau?
Pasti udaranya segar dingin ya di sana😀
Semoga keberanianku melakukan perjalanan jauh selama 6 jam itu jadi inspirasi sista Fidy juga ..., hahaha 😄.
DeleteBerani ngga ya kira-kira 🤭 ?.
Unik ya kedua air telaganya bisa berbeda warna, padahal letaknya cuma terpisah sejengkalan.
Rada rancu juga penyebutan nama pengilon di bahasa Jawa, kaca atau cermin.
Karena didaerahku orang menyebut cermin juga nyebutnya kaca 😄.
Mungkin bisa berbeda penyebutan pula di daerah Jawa yang lain.
Setauku di Telaga Warna tidak diperkenankan kegiatan memancing & memang saat aku kesana tidak lihat pemancing.
Iya, ya seandainya ada fasilitas tambahan seperti rakit mungkin akan lebih menarik.
Tapi entahlah, kenapa fasilitas itu ditiadakan.
Òouw... kalau aku.. perjalanan selama 6 jam.. hmm.. berani sich... asal ada barengan nya nggak sendirian.😂
DeleteIya unik amazing ..dalam satu area ada dua telaga yang sangat kontras berbeda tampilannya..
Arti pengilon jadi rada rancu ya? Hehehe...
So yang pasti pengilon itu kalau ditranslate artinya apkaca atau cermin ? 😅
Ooh jadi di telaga warna dilarang mancing ya? Hehehe..
Oh nggak ada fasilitas transportasi untuk keliling sepeeti rakit nggak ada mungkin karena takutnya telaga warna bisa jadi kotor kalau dilewati oleh pengunjung .
Btw... baca saat perjalanan pulangnya brad Him dihadang macet... dan kabut ya? dan saat macet posisinya pas berada di tepi jalan yang di bawahnya jurang yang dalam..? 😱 Wouw... ngerii...!
Laah, kok ..., curang hahaaha 😂.
DeleteTantangan berani ngganya kan pulang pergi sendirian 😜.
Kalo berdua sih masih mending, loh bisa saling gantian nyetir atau saling bantual kalo sampai terjadi yang ngga diinginkan di jalan.
Biarin aja pada ngetranslate sendiri arti pengilon. Biar pada pinter bahasa Jawa 😁.
Seandainya sista ngalami kejadian begitu terjebak macet di tepi jurang terus juga kehadang kabut tebal, kira-kira apa ya reaksinya 😄 ?.
Nangis kali, yaa .. hihihi
Lah aku nggak curang kalee...😜😂
DeleteCoz begini misalnya aku ke lokasi wisata pulang pergi sendirian nich, ntar aku di tengah jalan bakal celingak celinguk dewe kayak orang hilang dong.? 🤣
Ogah.. lah yaw..😂
Iya kalau pergi berdua atau bertiga kan lebih enak yaitu untuk menghindari atau bisa saling bantu bila ada kejadian yang nggak diinginkan.
Oh seandainya kalau aku ngalamin terjebak macet posisiku tepat di tepi jurang dan ada kabut tebal.. ya pasti aku nangis sich.. bukan nangis bombay lho.ya? tapi nangis buaya... 🤣itu nangis yang nggak keluar air matanya.. wkwkwkwk😂
Meski nangis buaya tapi tetap sambil berdoa supaya macet dan kabut cepat berlalu 😅
Celingukan kayak orang ilang ?.
DeleteNgga tuh ... , kalo aku pribadi ngga pernah merasa begitu.
Tetap aja senang jalani liburan meski sendirian.
Mungkin karakterku mirip rata-rata orang bule sih, ya ... Ngga problem kalo Solo Travelling 🙂
Kalo kabutnya ngga ngilang-ngilang lama berjam - jam juga gimana ?, hayoo ..
Pasti ngga jadi nangis buaya 🐊 ... tapii .. nangis dinourus 🦖 ..
Kenceng banget nangisnya, wwwwkk
Oh Noo...! Sebentar ya jangan salah paham dulu.. yang aku bilang celingak celinguk itu diriku sendiri... aku hanya mengumpamakan diriku sendiri kalau bepergian wisata sendirian pasti bakal celingak celinguk kayak aku ini orang hilang soalnya emang nggak biasa wisata sendirian.
DeleteApalagi aku ini seorang cewek jadi kurang aman kalau bepergian jauh sendirian wisata ke luar kota. Lain halnya dengan orang bule ( cewek bule) memang nggak ada masalah bagi mereka . Yah namanya juga beda kita cewek lain budayanya lain tradisinya lain kebiasaannya.. 🙂
Begitulah...hehehe..
Btw... Oh kalau kabutnya nggak ngilang-ngilang juga ya aku pasrah aja berusaha tenang sambil terus berdoa... kan badai pasti berlalu.. 🙂
Oh, yes i see.
DeleteBetul juga kalo di Indonesia masih sangat sedikit seorang cewek berani solo travelling. Mungkin karena faktor resiko keamanan diri dari gangguan orang iseng juga jadi pertimbangan.
Kayak judul lagu lawas, ya badai pasti berlalu 🌪️ 😁 ..
Yes ..Now you know the reason.
DeleteCewek itu riskan bepergian wisata seorang diri
Iya jadi harap maklum ada cewek yang nggak mau bepergian seorang diri karena faktor keamanan.
Iya seperti judul lagu lawas.. tapi lupa penyanyi nya..
Baiqlah, kalo gitu lupain aja tantangannya 😁.
DeleteSeingatku, lagu itu penyanyinya Chrisye.
Kayaknya loh ..
Bener ya? baiklah makasih aku lupain tantangannya..😅
DeleteOoh iya.. bener penyanyinya Chrisye... syairnya aku lupa wkwkwkwk..😅
ntar aku lihat dulu dech di youtube
ReplyDeletePublikasi Anda, teman Himawan, adalah perjalanan menuju hal yang tidak diketahui yang kami rasakan dalam diri kami ...
Membayangkan mereka, saya bayangkan, harus menjadi petualangan nyata bagi indra.
Saya mengirim Anda pelukan.
Terimakasih opini anda, temanku Carlos di Argentina.
DeleteSenang hati saya dapat ikut mengenalkan hal atau sesuatu yang baru untuk anda dan teman-teman dari negara lain.
Semoga kelak anda dapat berkesemoatan merasakan petualangan seperti yang saya lakukan.
Terimakasih salam peluk dari anda.
Salam peluk persahabatan kembali dari saya.
Orang bule pun jadi nulis komen berbahasa Indonesia. Luar biasa pesona blog ini hehe..
Delete@ Vicky =
Delete🙈 Malulah saya dipuji begitu, maaas ...
Lah, usia blog saja masih unyu gini kok dibilang punya pesona 🤭
Betul kok, biarpun bahasa nya kurang pas tapi berarti mereka menghargai mas Himawan karena komentar pakai bahasa Indonesia.😊
DeleteA very interesting road trip for a day. I like the legend of the queen and her daughter in the lake and their jewellery caused the colour to change.
ReplyDeleteHopefully this journey far enough traveled by me can inspire anyone, Andrew.
DeleteMany natural tourism sites in Indonesia are based on the legend of the people.
Is your country the same way?
wah tempat nya cantik ya.. sejuk gitu pemandangan nya..banyam pula spot foto alam yang bagus,
ReplyDeletesayangnnya jauh dari daerah saya heheh... saya di medan
Iya betul, view alamnya cakep juga unik. Perpaduan warna tanah kecoklatan, warna air danau yang berubah-ubah dan sering turun kabut bikin pemandangan jadi eksotis.
DeleteIya ya, jauh banget lokasi ini dari Medan.
Kalaupun datang, transit plane nya di bandara Semarang dulu, barulah nyambung ke Dieng.
Itu juga masih jauh banget jarak tempuhnya, mas.
keren banget sih mas, dien adalah salah tempat yang pengen gw kunjungi, katanya disana tempatnya dingin gitu ya, karna gw suka banget dg tempat dingin :D, tapi bukan seperti mas himawan yang berani ke dien sendirian.. gw itu orangnya mudah kesasar, jadi kalo kesana sendirian udah pasti kesasarnya wkwkwk...
ReplyDeleteKemarin keingetan baca komentar mas Khanif di postku sebelum ini yang bilang punya rencana datang ke Dieng.
DeleteDan kebetulan aku masih simpan file.
Jadinya kupublish segera 😁.
Betul, udara di Dieng dingin banget.
Siang hari juga kerasa dingin, apalagi menjelang sore ...brrr dingin poooll.
Kebayang kan gimana gemetarannya badanku pas berteduh kehujanan dan jalanan tertutup kabut seperti di foto saat itu ....wwwkkk rasanya badan jadi ciut mengkeret 😄
Mas khanif ke Dieng nyari rongdo apa ya, soalnya kan tempatnya dingin.😂
Deletewah kalo malem itu pasti duingin banget ya :D.. sebenernya enak lo cuaca dingin gitu, dari oada panas gw lebih suka dingin hehehe
Deletemas agus.. ke dieng nyari salju mas, katanya disana ada saljunya, ya kan, pernah baca di mana gitu :D
DeleteWah mantap catatan perjalanannya. Saya sendiri belum pernah bawa motor sejauh itu hahaah, biasanya paling di sekitaran kompleks saja buat belanja sembako.
ReplyDeleteDi Telaga Warna ada penginapannya kah mas? Kalau bisa kesana, pengen sekalian nginap, jadi bisa menikmati sunset dan sunrise di sana.
Hehehe terimakasih, mas Cipu.
DeleteBegitulah aku kalo lagi pengiiin banget liburan ke lokasi favorit, kadang suka nekad tetep berangkat meski jauh lokasinya 😄.
Kenapa mas Cipu ngga cobain naik motor bepergian jarak jauh, mas ?.
Penginapan berupa losmen atau juga homestay banyak di Dieng, mas.
Cuma rada lumayan jauh jaraknya dari lokasi Telaga Warna.
Lebih nyaman pakai mobil, ya 😁
What an incredibly beautiful area - and a couragous trip for you.
ReplyDeleteThank you so much for inviting us along as well.
Oh, thank you for your appreciation, my friend.
DeleteIt was great to be able to share the story of my travel experience. Hopefully inspire you ;)
Un viaje muy interesante con grandes vivencias para recordar.
ReplyDeleteEstupendo reportaje y unas imágenes muy buenas.
Un saludo..
Muchas gracias por sus comentarios y apreciación sobre mi viaje de vacaciones, la amiga de Amalia.
DeleteUn Saludo :)
Setuju dengan pesan moralnya. Modern harus, kekinian boleh, tapi tetap menghormati budaya serta alam. Sepertinya tempat wisata ini jauh dari keramaian dan memiliki keunikan di warna telaganya
ReplyDeleteTerimakasih sependapat denganku, mas Vicky.
DeleteSengaja kuselipkan pesan moral begitu karena khawatir lihat banyak generasi muda yang melupakan budaya dan ngga segan sengaja merusak alam, termasuk moncorat-coret ruang publik.
Betul, lokasi telaga ini cukup jauh terpencil dari keramaian dan rumah penduduk, mas.
ReplyDeleteTernyata ada juga Talaga Warna didaerah Wonosobo tepatnya didekat Dieng. Dan sejarahnya hampir sama dengan telaga warna yang ada dipuncak bogor. Yang bikin berbeda mungkin mistisnya saja kali yaa mas.🤣🤣🤣
Saya belum pernah ke Talaga Warna Dieng. Tetapi ke Wonosobo sudah 2 kali. Meski tidak detail meyeluruh.😊😊
Tetapi urusan dingin atau cuacanya mungkin 11, 12 dengan puncak bogor. Atau mungkin dinginan Talaga Warna yang berada di Dieng jawa tengah ini kali yaa mas.😊😊😊
Oh, iya aku pernah dengar lokasi Talaga Warna di daerah Bogor itu, kang.
DeleteCuma ngga paham tepatnya berada di Bogor mana ...
Dan sayangnya dulu waktu aku tinggal di Jakarta, belum pernah kudatangi lokasi telaga itu :(.
Kang Satria pernah kesana belum ?.
Wuiih keren .. pernah 2 kali ke Wonosobo.
Ceritanya waktu itu sekalian liburan nyobain berendam air panas belerang, ya 😁 ?.
Menurut pengalamanku, jauh lebih dingin Dieng dibanding Puncak Bogor, kang.
Dinginnya Dieng kerasa lebih ceeez ... , kayak lagi ngadep pintu freezer dibuka 😄.
Beneran, kang ..., dingin banget.
baru tahu kalau di dieng ada juga tempat untuk bertapanya,, auto serem berarti masih ada mistis2nya :D ..
ReplyDeleteaku sampai sekarang masih belum kesampaian ke sana.. pgn juga ke telaga warna ini yang mirip2 dengan danau kelimutu, mempunyai warna yang berbeda-beda dan bisa berganti warna juga..
-traveler paruh waktu
Wwwkk .. kerasanya memang iya begitu, mas.
DeleteTapi asalkan kita tetap jaga sopan santun dan jaga ucapan disana, akan baik-baik saja kok :)
Betul, keunikan perubahan warna telaga ini mirip dengan danau Kelimutu.
Disana juga kisah legendanya juga kuat kan ya ?.
Beautifil lake and mountains.
ReplyDeleteHave a nice Sunday :)
Have a nice day also, Hanna.
DeleteThanks a lot for your comment.
Beautiful place :) I wish visit it!
ReplyDeleteI pray that your wish to come to this location can be fulfilled, Leyraa.
DeleteHave a nice day.
Dari dulu pengen banget main ke Dieng, tapi masih belum kesampean. mungkin suatu saat kalo kesana bakal jadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi :)
ReplyDeleteSiip mas Renaldi semoga kelak kesampaian datang ke Dieng.
DeleteKalo mau sekalian lihat salju di Dieng datang kesananya antara bulan Juli - Agustus.
keren telaganya...masih alami dan bersih.
ReplyDeleteSemoga terjaga keasrian dan keasliannya.
Thanks for a lot of info
Semoga keasriannya tetap terjaga, mr. Tanza.
DeleteYour welcome
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteDanau yang indah. Anda bepergian dengan indah.
DeleteMinggu yang baik:)
Dziękuję za uznanie, Mamelkowo.
DeleteDziwię się, że napisałeś komentarz w języku indonezyjskim.
Miłego dnia :)
What a nice place! Beautiful views! And the water colous is truly amazing. :)
ReplyDeleteCorrect your opinion about the natural scenery of this lake, friend.
DeleteHave a nice day
not bad 6 hours away ...
ReplyDeletebut I think it's worth it
I would, however, be afraid to enter this gap
greetings
and follow you blog
Lili
In my opinion, the distance to the location is indeed commensurate with what we have met there :).
DeleteThank you for following my blog, surely I will follow your blog too.
Greetings.
I loved the lake. It is a wonderful green.
ReplyDeleteHave a nice week.
galerafashion.com
Hi, Adriana.
DeleteThanks a lot for your comment. It's nice to know that you also like vacationing at the lake.
Have a nice days :)
Ampunnnn ngekek baca pas bagian cuma bisa say hai pringas pringis aja dengan si mister bule
ReplyDeletembatinku mas him maybe pingin minta tulung dipotretke ama tu bule pas pose di deket gua yang buat semedi, etapi akhire bisa pepotoane mlh dibantu ama petugas wisatanya ya haha
Ke dieng ga nyoba dahar mie ongklok mas?
*Lumayan dejavu juga sebenernya aku yen baca cerita tentang dieng plateu, soale pernah ke sono juga pas lebaran tahun keberapa gitu. Pake mobilenya bpk yang juga bukan metic, jadi kebayang pegelnya klo lewat area ekstrem
daaaaan pas di jalan nanjak plus tikungan tajem itu, kami ngalami juga kejadian persis kyk yg dialami njenengan yaitu ada satu mobil mogok, njuk jadine mobil di atas bawahe pada ngantri lebih tepate bingung antara maju ato mundur, secara rutenya kan sisian ama jurang, bedane yg kualami pas mau ke sananya bukan pas arah pulang. Jadi ketimbang macet padahal nyampenya masih lumayan lama, akhire kami putuskan buat puter balik aja, ga jadi ke negeri di atas awan senajan pulange buat ngayem2ke ati gegara gagall piknik ya mampir bentar ke kebun teh tambi sambil beli oleh-oleh kripik jamur, wakakak...
Berharapnya sih iya begitu, si bule ramah itu buka omongan duluan nawarin saling bantu foto kayak yang pernah aku alami ... tapi ngga, ya udah 😄.
DeleteMampir juga nyantap mie ongklok, kak.
Cuma kok ya malah ngga buru-buru kusantap sebelum kufoto buat artikel.
Keburu rakus gegara kademen pooll kali ya, wwkk ...
Oh, ternyata kita punya cerita pengalaman yang sama, kejebak macet di Dieng!.
Untungnya keluarga kak Nita punya inisiatif nebus kekecewaan melipir ke kebun Teh Tambi.
Kalo ngga kan manyun sepanjang perjalanan pulang 🤭
Berbaloi 6 jam perjalanan. View yang cantik
ReplyDeleteCukup mantap ya lama tempuh perjalanannya 😁.
DeleteSependapat, view alamnya cantik.
Saya keinget judul lagunya Kla Projek yg negri di atas awan itu... Keren ya pemandangannya, sudah pasti dingin banget kalo liat kabut sampe kayak gitu, syukur ga kenapa" dijalan mas Hima, soale nekat sendiri, tapi kalo gak dicoba bakalan penasaran ya khan?... Btw hrga tiketnya jauh bingiits ya yg dalem dan mancanegara. 😱
ReplyDeleteOh iya, ada judul lagu Negeri di Atas Awan .., aku keingetan sekarang.
DeleteYa kak kalo ngga berani dicoba penasaran juga bisa ngganya naik motor matic melewati jalur yang sulit ke Dieng.
Setelah berhasil rasanya ...plooong 😄.
Aku juga sempat keheranan juga sih lihat perbedaan harga tiket untuk turis mancanegara kok jauh banget bedanya sama turis lokal.
Foto daftar harga tiketnya sih aku ada, tapi ngga kuaplod, kak.
What a wonderful trip! So interesting. And your pictures are terrific -- thanks.
ReplyDeleteOh, big thanks for your appreciation, Friend. I appreciate.
DeleteRegards from Indonesia :)
Muchas gracias por haber visitado mi blog. Desafortunadamente no hablo el idioma. Saludos.
ReplyDeleteDe nada, amigo. No es por qué escribes comentarios usando tu idioma nacional. Me alegra que hayas cambiado para visitar mi blog.
DeleteSaludos de mi parte en Indonesia para ti.
Very beautiful place :D!!!
ReplyDeleteThanks your opinion, Fili :)
DeleteWaduh Dieng di posting jadi semakin kepengen ke sana, di puncak pass juga ada telaga warna tapi saya ngga tau letaknya persis di mana belum pernah ke sana walau sudah beberapa kali ke puncak pass tapi cuma makan jagung bakar saja sama ngopi.. hihihi
ReplyDeleteSama kita, mas. Sama - sama ngga tau telaga warna di Puncak Bogor sebelah mananya.
DeleteBaru tau setelah baca komentar dari kang Satria diatas.
Seandainya tau dari dulu, pasti udah kudatengin soalnya aku dulu cukup lama kerja di Jakarta dan kayak mas Kal El juga sering ke Puncak cuma nongki sama temen2 beli jagung & ngopi di pinggiran jalan :)
Waduh, senasib ternyata..hihihi
DeleteKalau ngga salah di puncak pass ada papan petunjuk ke telaga warna dah pernah lihat beberapa kali.
Wah, Mas Himawan berani banget motoran sendiri ke Dieng. Kalau aku sih gak berani. Takut sama jalannya. Mending ikut travel agen aja. Tinggal tidur aja di dalam mobil saat perjalanan. Soalnya ngeri kalo bayangin lihat jurang di kanan kiri jalan. Hehehe. Cemen banget ya aku, mas.😂
ReplyDeleteNgomong-ngomong, aku salfok sama harga tiketnya. Selisihnya beda jauh banget antara turis lokal sama mancanegara.😱😱😱
Hehehe itu ngga disebut cemen kok, kak 😁.
DeleteTapiii disebut bener-bener menikmati fasilitas di dalam mobil travel agent, tinggal duduk sambul lihat2 pemandangan😄
Iya ya selisih harga tiketnya beda jauh banget.
Aku juga sempet salfok di depan gerbang loket.
Dieng ini salah satu tempat yang legendarislah yah, sering masuk tipi soalnya haha
ReplyDeleteItu nekat banget kak, ke dieng pakek motor matic. Kalo saya mah mending naek mobil aja, duduk di belakang sambil tiduran. Udah nyampe baru bangun🤣🤣
Yuhuu .., betuul 😄.
DeleteDieng diliput media terutama pas acara ruwatan rambut gimbal dan turunnya bun upas.
Wwkkk ..
Kok malah merem bobo syantik di sepanjang perjalanan gitu sih, kak ?.
Asik loh mata kita jelalatan lihat kiri kanan pemandangan 😄
Iya dong, media mana sih yang mau melepaskan kesempatan yang ciamik itu😁
DeleteBobok syantik mah emang asik, eh tapi kalo dipikir2 sayang juga ya kalo gak nyambi liat pemandangan di sekeliling hehe
cantik permandangannya.
ReplyDeleteIya, Ewan.
DeleteSemoga kelak Ewan kesampaian liburan kesana.
Gimana ga punya sweet memori ya, telaganya cantik gini..
ReplyDeleteHayuuk bikin kenangan sweet memories juga disana, kak ... 😁.
DeleteNaik motornya hati -hati jangan pakai ngebut yaa 🛵😄
Very interesting place!!!
ReplyDeleteRight, Sunika.
DeleteHave a nice day :)
Beautiful lake and mountains. Thank you for visiting my blog.
ReplyDeleteHave a nice week.
Your welcome, Marigem :).
DeleteThanks your opinion.
Have a nice day.
The water is so calm.
ReplyDeleteRight. That signifies the lake is deep.
DeleteAku juga pernah ke gunung tapi bukan Dieng sih tapi Guci di Tegal. Jalannya ya gitu, naik turun belok kiri kanan banyak jurang, kalo jatuh kebawah ya wassalam.😱
ReplyDeleteKalo lebaran di Guci juga sama macet, pernah kejebak macet dari jam 2 sore sampai jam 4, makanya malas kesana kalo lebaran.
Cuma bedanya guci ngga ada telaga warna seperti di Dieng mas, paling adanya air terjun yang airnya hangat, katanya bisa untuk mengobati penyakit kulit.
Tooos dulu kitaaa ..🙌.
DeleteAku juga udah oernah ke Guci sebanyak tiga kali, mas.
Paling berkesan ke Guci adalah waktu nyegat mobil numpang nebeng pick-up bukaan belakang bareng beberapa petani 😄.
Apik memang Guci ya, mas Agus 👍.
Aku terkesan sama kolam besar yang ada pancurannya yang digunain warga setempat.
Memang apik sih, tapi gara gara macet itu aku belum pernah kesana lagi mas, masih males, padahal sudah 6 tahun lalu.
DeleteApa mungkin kesananya pakai awan kinton saja ya biar ngga kejebak macet.🤣
kabutnya tebelllll
ReplyDeleteaku dulu juga motoran matic kak dari jogya, rasanya lamaaa beud ya wkwkwk
masuk wilayah wonosobo dieng yang naik itu dan pemandangan kebun kebun sayuran, ademmm rasanya.
waktu aku jalan di jalan setapak yang arah ke ilalang ilalang itu, kayak gimana gitu, padahal waktu itu siang. aku ga brani nolah noleh yang macem macem hahaha
waktu itu aku berempat, mungkin masih mending. lahh kalo aku jalan sendiri muterin rute jalan setapak, terus ketemu ilalang itu, lanjut lagi di jalan setapak, mayan juga
Wuiih mantaap tenan kak Ainun motoran ke Dieng dari Jogja .. , kalah jauh aku jadinya wwkkk.
DeleteIya ya karena rutenya yang meliuk-liuk rasanya ngga nyampe2 ke lokasi.
Ho'oh pas nglewatin tanjakan ada pemandangan kebun2 sayuran itu apik ya, kak.
Pengin kufoto tapi kondisinya ngga memungkinkan.
Nah kan kak Ainun ngrasain juga ada rasa deg2an pas nglewatin jalan setapak dan area dekat pertapaan hehehe ..
Beberapakali aku sempat tiba2 kerasa merinding tapi cepet2 aku ngucap permisi dalam hati 😁
Thanks very much for your visit to my blog. I have searched for a translator on your blog but I have been unable to find one so I have been unable to read the story. The photographs are quite captivating, however, and I appreciated coming along with you on this journey.
ReplyDeleteI apologize earlier that you did not find where the language translator I have included is.
DeleteI say many thanks for your appreciation and visit, David. I appreciate it. Greetings hug friendship from me in Indonesia
Like David, I was not able to translate, but I enjoyed seeing you and your travels,
ReplyDeleteOh, i'm sorry about that, Bijoux.
DeleteThanks a lot for your appreciation.
Greetings
nice post =)
ReplyDeleteThank-you so much, Antonella :)
DeleteYou look Great!!
ReplyDeleteGreetings.
NEW // NUEVO POST IN MY FASHION BLOG!! 📷 : http://www.adrianosle.com/2020/05/recuerdos.html
Hi, Adrian.
DeleteThanks a lot for your appreciation.
Regards from in in Indonesia :)
Great review and beautiful photos! :)
ReplyDeleteBig thanks, Elena.
DeleteGreetings :)
Com certeza, valeu a pena a viagem! O lugar é lindo e, bem como dizes, a cor da água é realmente linda! Muito linda essa tua terra, amigo! Meu abraço, boa semana.
ReplyDeleteUm lindo abraço de amizade está de volta para mim, amigo. Muito obrigado por sua apreciação sobre o lago e esta história. Tenha um bom dia :)
Deletewow so great photos... I almost feel like i am there:)
ReplyDeleteSo glad I made you feel there, Kathy. Hopefully someday it will come true.
DeleteWith best regards to you from me in Indonesia.
I love traveling:) that is my hobby:) and mountains are the most wanted destination for me;)
DeleteThat's great sound, Kathy 👍.
DeleteI will wait for many stories of your climbing on the mountain.
Amazing views. I like your photos :)
ReplyDeleteThank you so much, Agata.
DeleteHave a great day :)
Great photos !! Regards💙
ReplyDeleteReally big thanks for your appreciation,friend.
DeleteHave a nice days :)
Excelente imagen. Bonito lugar.
ReplyDeleteUn saludo.
Saludos de vuelta a usted, Jordi.
DeleteMuchas gracias por tu apreciación. Estoy muy feliz.
A nostalgic visit is the best kind! The color of the water is a little freaky. It looks pretty from afar, but I wouldn't want to touch it. :)
ReplyDeletehehehe ... mysterious color of the water, right?.
DeleteI also have never touched the water, even though I'm actually curious. Thank you for visiting, Jax. I appreciate. Regards :)
why is the water so green? :P looks very unusual :)
ReplyDeleteLake water often changes color, Sys. Sometimes it's green, sometimes it's blue and sometimes it's the color of the rainbow.
DeleteUnique, isn't right ? :)
Indahnya alam indonesia, tak hanya di pulau bali..
ReplyDeleteWonosobo juga keren ternyata dan saya orang yg jarang piknik tapi bersyukur sih bisa kenal blog ini bisa lihat tempat yg bagus bagus
Sependapat, mas Agoes.
DeleteIndonesia punya banyak banget lokasi alam keren.
Sayangnya tak semua lokasinya perlu membutuhkan dana yang tidak sedikit buat dapat mengeksplorenya.
Terkadang beayanya malah lebih mahal daripada ke luar negeri.
Sedih :(
Wahhh saya kok malah belum sempet kesini ya, padahal dulu pernah ke daerah Wonosobo beberapa kali, tapi selalu kelewat mampir ke Telaga Warna
ReplyDeleteSuka saya sama wisata yang serba air-air begini, berasa teduh sejukkkk
Coba dinoted lokasi Telaga Warna ini, kak.
DeleteNtar kalo kak Inna main lagi ke daerah Wonosobo, lokasinya sekalian dikunjungi :).
Sungguh tempat yang indah, pemandangannya indah! Terima kasih atas komentar yang baik di blog saya. Saya harap Anda mengerti kata-kata saya, saya menggunakan penerjemah. Sebuah pelukan
ReplyDeleteHalo, Alecia Suoza.
DeleteTerimakasih saya ucapkan untuk kunjungan balik anda. Dan saya mengerti kata-kata dari anda yang diterjemahkan google translator.
Salam pelukan persahabatan dari saya untuk anda, Alecio.
Cantiknya permandangan disini dengan tasik berwarna hijau tu. Suka tempat macam ni sebab suka tengok keindahan semulajadi alam flora.
ReplyDeleteTerimakasih, kak.
DeleteSemoga suatu saat nanti kak Azhafizah kesampaian liburan ke Telaga Warna.
harap begitulah..belum pernah jejak Indonesia lagi :(
DeleteHobi traveling disertai rasa ingin tahu yang kuat membuat perjalanan menjadi petualangan
ReplyDeleteIya, seru mas !.
DeleteRasa senang ada, deg-degan juga iya :)
lama banget saya pengen ke tempat seperti dieng ini, udara sejuk kabut, ahhhhhhhhh merefresh hiruk pikuk saya di depan komputer
ReplyDeleteOh, aku paham kejenuhan mas Alfan ngadepin layar kompi terus menerus.
DeleteCobalah rehat sejenak keluar ke sekitaran rumah biar pikiran refreshing, mas.
Que lugar lindo!
ReplyDeletejuliamodelodemodelo.blogspot.com
instagram.com/juliamodelodemodelo
Corrige tu opinión, Julia.
DeleteDieng, tempat wisata yang lengkap nih, ada wisata sejarah, budaya dan alamnya juga indah,
ReplyDeleteSemoga suatu hari aku juga bisa menginjakkan kaki di sana.
Iya betul, mas.
DeleteDalam satu area Dieng banyak destinasi apik.
Amin, ikut kudoakan keinginan mas Rudi.
The place looks so beautiful with this green water!
ReplyDeleteYes, Natalia. The color of the water is magical ... not only green but also changing colors.
DeleteWah, jadi kangen jalan-jalan. Sudah dulu... banget saya ke Dieng. Ingatan saya soal Dieng adalah kompleks candi, dan tanah di dekatnya tiba-tiba mengeluarkan asap.
ReplyDeleteKaget banget dong pastinya saat itu ya, kak :D ...
DeleteOh, itu namanya kompleks Candi Arjuna.
Tempat diadakan prosesi ruwatan anak rambut gimbal.
Iya kalau ke Dieng jangan lupa mampir ke Telaga Warna, tempatnya bagus.
ReplyDeletePernah ke sana waktu masih gadis, puluhan tahun yang lalu hehe. Perjalanannya cukup melelahkan tapi terbayar dengan keindahan dan tempat yang sejuk 😊
Bener banget kalo ke Dieng kudu didatengin sekalian Telaga Warna.
DeleteKalo ngga pasti nyesel.
Mantap kak Anjar waktu gadis pernah ke Telaga Warna.
Sekarang ajakin anak kesana, kak hehehe 😁
ReplyDeleteEstas fotografias transmiten luz y paz, mucha tranquilidad. Es un hermoso lugar que yo desconocia. Gracias por esa ventana a tus vacaciones. Abrazos
Muchas gracias por tus comentarios sobre mis fotos, Maria.
DeleteMe alegro de poder presentarles la gira a ustedes y a todos mis amigos.
Saludos de amistad de mi parte en Indonesia.
I Like It
ReplyDeletehttps://media.asro.net
Great photos :-D Looks lovely and nice style too :-D
ReplyDeleteI am flattered :). Thank you for your appreciation, Ananka.
DeleteDieng Berharga! Di Spanyol, khususnya di Kepulauan Canary ketika kita mendaki Teide, kita juga melihat awan di bawah kita. Dieng sangat indah, saya sangat menyukainya dan apa yang Anda ceritakan tentang danau juga karena warnanya. Foto yang bagus!
ReplyDeleteSenang mengunjungi blog Anda. Saya akan kembali.
Pelukan besar dari Spanyol
Saya membayangkan pasti sangat indah pemandangan di Tiede, Kepulauan Canary ....
DeleteTerimakasih banyak saya ucapkan untuk apresiasi anda, Gumer.
Saya akan mengikuti blog anda.
Pelukan besar juga dari Indonesia untuk anda di Spanyol.
Hello, pretty views of the lake. I enjoyed your post and the legend stories. Take care , enjoy your day. Have a great week!
ReplyDeleteHello also, Eileen.
DeleteBig thanks for all everything your appreciation.
Have a nice day and take care :)
Very interesting photos and narrative!
ReplyDeleteSaya ingin melawati telaga yang unik ini jika berpeluang!
Thank you so much, Veronica Lee.
DeleteSaya mendoakan untuk anda suatu saat nanti terlaksana berpetualang ke danau berwarna ini.
God blessing.
Assalamualaikum.. Kang
ReplyDeleteMampir maneh sillaturahmi.
Wah... template baru nih, mode background dark.....tulisan jadi nampak jelas,
Telaga warna itu masuk Wonosobo ya kang?
Saya travel ke Jateng, paling jauh cuman Magelang... hehehe
Tuh telaganya warnanya hijau, pasti banyak chlorophil-nya.
keep posting
Halo, pak dokter.
DeleteMaturnuwun sampun singgah ning mriki meleh :).
Inggih, sakniki nganggih dark mode. Ben apik ngono critane hihihi 😁
Kalo Telaga Warna ini letak administrasinya berada di kab. Wonosobo, mas.
Beda lagi dengan Kawah Sikidang yang sama-sama di Dieng tapi administratifnya masuk ke Purbalingga.
Saestu niku sampeyan sering ke Magelang ?.
Lah, kuwi kotaku, mas 😄.
Beautiful image, the photo is superb. I thought that you could make a translation?
ReplyDeleteHi, Bob.
DeleteThank you very much for your appreciation regarding this article.
I have included google translator or language translator on this blog. Hopefully the other day you can find its location.
Hello there, have a nice week :)
ReplyDeleteHello also, Makyajliyorum.
DeleteHave a great day also :)
Wah mas him kl main ke dieng berkabar dong. Mampir Banjarnegara, tak ajak ndawet wes. Wkwk
ReplyDeleteJd kangen main ke dieng masa :(
Oh, siyaaaap, kak Ella ... Ntar kukabari kalo aku Banjarnegara.
DeletePenasaran pengin lihat industri rambut dan bulu mata palsu, wwkk ..
p
ReplyDelete🤔
DeleteAlle tam ładnie.
ReplyDeletePozdrawiam i zapraszam na nowy post :) magdatul-fan.blogspot.com.
Cześć, Justyna. Dziękuję za przybycie tutaj. Odwiedzę czytając twój nowy artykuł.
DeletePozdrowienia z Indonezji
Hello and greetings from Great Britain. I am so pleased you made that trip again and that you shared with us this unspoilt location. Tourism is OK but it is more important taht your fellow countrymenn enjoy and appreciate such natural beauty.
ReplyDeleteHello too, Phil.
DeleteI am glad you visited again here and I am happy to be able to share tourist location information for you and all your fellow readers.
Correct what you say, local residents are also required to preserve nature so that it is not damaged.
Hug from Indonesia for you at Britain.
Cerita2 Mas Himawan di blog bikin saya iri. Tempat wisatanya saya banget karena saya juga suka alam.
ReplyDeleteOia, gua yang untuk bertapa itu masih berfungsi ya. Sampai ada aturan tertulis gitu. Hm, apa mereka nggak capek ya bertapa? Wih, Pak Harto juga pernah bertapa di sana, to.
Saya ketawa ngikik waktu baca ketemu bule cuma say hi pringas pringis. Hok oh banget, nih. Hahaha.:)
Perjalanan jauh, sendirian haha.. keren bg. Suasana di dieng seperti di gambar sangat menjadi rujukan, terutama telaga sih.
ReplyDeleteThe water is breathtakingly beautiful! How wonderful you were able to make the trip solo. I have yet to solo travel, but would love to some day. The stop on the motorbike behind the traffic jam sounds terrifying. I am glad you made it through in one piece. This sounds like quite an amazing trip you had!
ReplyDeleteDulu saya pernah KKN di sebuah desa di Wonosobo. Kalo dari desa saya jalan kaki lewat hutan nyampe ke kawasan Dieng. Karena desanya benar-benar sangat di pucuk gunung jam 2 siang kabut udah mulai turun. Jam 5 sore langit udah gelap gulita karena ketutup kabut yang pekat. Dinginnya? Jangan ditanya. Saya malah seneng kalo hujan turun. Karena hujan rasanya lebih hangat daripada udara sekitar. Suer.
ReplyDeleteHalo Mas,
ReplyDeleteEmang Mas berangkat dari mana, kok bisa sampai 6 jam lamanya perjalanan?
Tapi sebenarnya sih Mas, kalau untuk perjalanan yang agak mendadak, atau tidak direncanakan jauh-jauh hari, naik motor memang lebih enak. Terutama kalau salah jalan, bisa lebih mudah putar balik. Hehe.
Tapi kalau bicara faktor cuaca, tentu naik mobil akan lebih nyaman.
...thanks for the tour!
ReplyDeleteMükemmel yerler, çok güzel :)
ReplyDeleteDieng bakal selalu jd kota yg paliiiiiiing aku suka :). Krn dinginnya itu. Tp memang sih mas, sereeem jurangnya.trakhir kesana aku naik mobil,dan sampe dieng itu malam. Kabut turun, kiri kanan jurang. Suamiku keder sbnrnya tp ga mungkin stop. Untung akhirnya sampe selamat
ReplyDeleteAku ngeliat telaga warna ini tp dr atas. Ada spotnya dr batu begitu. Jd aku ga turun melihat dr Deket.
Dr atas Krn pgn ngeliat 2 danau ini berdampingan foto nya :). Dan memang baguuus bgt yaaa.kliatan jelas warnanya berbeda
Keren maksimal mahhh berani bepergian sendirian.
ReplyDeleteIni petualangan sejati namanya.
Daripada ngajak teman nggak jadi mulu, mending pergi sendiri ya, lebih bebas juga menentukan mau gimana-gimana.
Btw saya belom pernah sama sekali ke Dieng, penasaran abis, ini kayaknya 11 12 ama Bromo ya?
Meski saya nggak yakin kalau kuat dengan dinginnya, apalagi medannya serem banget.
Tapi memang yang indah-indah itu nggak akan mungkin dicapai dengan mudah :)
Another fantastic and interesting place :) I really like your photos of the nature :)
ReplyDeleteWah semangat juga berangkatnya ya mas, walau sendiri, semua kebayar sama pemandangan di Dieng yg luar biasa. Kekurangannya kalau jalan2 sendiri itu paling ga ada yg motoin aja. Hehehe. Tp kan bisa tolong sama bule yg lewat atau penjaga sana ya 😁
ReplyDeleteAku baru tau ternyata Dieng artinya ada kayangannya ya. Pantesan bagus banget 😍😍
Beautiful photos and interesting travel report. I'm sorry about your traffic jam problems, but it's good that nothing bad has happened.
ReplyDeleteAku tuh belum kesampaian main ke Dieng. Padahal kepengen banget pas tahun lalu ada saljunya ya. Mau juga sekalian mampir ke Telaga Warna nya. Btw kalau wisata ke sini ajak anak2 pada suka ga ya? Tapi buat nambah wawasan wisata tentu keren banget ya mas Hino. HTM nya murah. pokoknya suatu hari aku harus bisa berkunjung ke Dieng.
ReplyDeleteNumpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*