Pesona Grojogan Watu Purbo Tanggul Air Terjun Berundak

Mendung langit pagi di kotaku di satu pagi hari itu, dan beberapakali sempat hujan gerimis dalam perjalanan tak mengurungkan niatanku untuk tetap bepergian ke lokasi wisata Grojogan Watu Purbo yang berada di perbatasan antara wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan wilayah Jawa - Tengah. 

Lokasi tepatnya di Dukuh Bangunrejo, Desa Merdikorejo, terletak di Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebenarnya mudah saja menemukan lokasi keberadaan air terjun Grojogan Watu Purbo yang beberapa waktu lalu namanya sempat viral di media sosial karena keindahan dan keunikannya yang menyerupai air terjun berundak, cukup berpedoman menemukan letak lokasi aliran kali Krasak yang besar dan dilengkapi jembatan besi dua arah.

Kali Krasak membatasi wilayah Jawa Tengah dan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat gapura besar nama perbatasan wilayah melintang di atas badan jalan utama Yogyakarta - Magelang. 

Di aliran sungai Krasak itulah air dari pertemuan dua sungai di lereng gunung Merapi, Kali Krasak dan Kali Bebeng melintasi lokasi Grojogan Watu Purbo. 

Hanya saja, di jalan utama jalur wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan wilayah Jawa Tengah ini tak terdapat adanya papan nama ataupun baliho petunjuk arah ke lokasi Grojogan Watu Purbo. 

Ini yang sempat membuatku mampir bertanya ke arah mana rute menuju ke lokasi Grojogan Watu Purbo ke seorang bapak muda yang terlihat sedang sibuk menyapu halaman depan rumahnya. Dengan ramah dan beliau sempat mengajakku mampir dirumahnya, dijelaskan jika rute yang kulalui memanglah telah benar, tinggal mengikuti jalan dan bertemu dengan perempatan jalan traffic lights kemudian beberapa meter setelahnya bertemu lokasi gapura dusun Bangunrejo.

Setelah menemukan dan memasuki lokasi gapura dusun Bangunrejo yang merupakan salah satu desa sentra perkebunan salak pondoh di wilayah Tempel, perjalanan kulanjutnya rutenya melintasi jalan desa yang kiri dan kanan disuguhi pemandangan hijaunya persawahan dan suburnya perkebunan palawija milik warga sebelum tiba di lokasi.  

Awalnya aku sempat ragu untuk ikutan menuruni undakan anak tangga di tepi aliran Grojogan Watu Purbo dan berfoto - foto di tiap tanggul dibawah aliran airnya yang membentuk layaknya tirai air terjun, seperti yang tampak sedang dilakukan oleh beberapa wisatawan disana. 

Tapi setelah aku berbincang dengan salah seorang pria petugas pengelola wisata warga asli desa Gudik, desa yang dahulu letaknya tepat berada di tepi tanggul aliran Grojogan Watu Purbo, aku lantas memberanikan diri menuruni undakan anak tangga, meniti jembatan bambu penghubung dan beberapakali berdiri di atas aliran air berpijak di bebatuan untuk membidik gambar lokasinya setelah dipastikan aman. 

Dijelaskan juga oleh beliau di tepi tanggul pertama terdapat menara sensor otomatis pemantau kenaikan debit air dan dilengkapi pengeras suara tanda peringatan berbahaya jika banjir datang dari dataran yang lebih tinggi. Menandakan untuk siapapun segera menyingkir dari area aliran Grojogan Watu Purbo. 

Sejatinya Grojogan Watu Purbo bukanlah aliran air terjun dan bukanlah air terjun alami, melainkan berupa undakan tanggul penahan laju banjir. 

Baik penahan laju banjir dari Kali Bebeng dan penahan laju banjir lahar dingin kiriman dari erupsi gunung Merapi ke Kali Krasak.

Karena pesona keunikan bentuk tanggulnya yang berundak atau bertingkat sebanyak 6 tingkat dan menciptakan pemandangan jatuhnya laju air terlihat seperti air terjun, foto lokasi ini beberapa waktu lalu sempat viral di instagram dan setelahnya disebut dengan air terjun atau Grojogan Watu Purbo. 

Seperti yang diceritakan oleh bapak pengelola wisata yang kuajak berbincang di tepi aliran tanggul kedua, tanggul Grojogan Watu Purbo dibangun pada tahun 1975 sebanyak 5 undakan tanggul. 

Pada tahun 1978 lokasi direhabilitasi dan dibuat tambahan 1 undakan tanggul melengkapi 5 undakan tanggul sebelumnya untuk lebih menahan kecepatan laju banjir.

 

Dijelaskan panjang lebar kali luas sejarah pembangunan tanggul di lokasi yang sekarang ini areanya sedang dipersiapkan jadi salah satu lokasi wisata unggulan di Yogyakarta ini membuatku manggut - manggut dan kepolah saiaaaa selanjutnya ..., tetiba saja aku tercetus sebuah pertanyaan dari bibirku yang seksi ini ..., "Pernah ngga sih, pak lokasi ini banjir ?".  

Menurut penuturannya, lokasi aliran Grojogan Watu Purbo pernah mengalami banjir besar sebanyak 2 kali di tahun yang berbeda di saat lokasi ini belum dibuat tanggul seperti yang terlihat sekarang ini.

Banjir terbesar terjadi pada tahun 1965 saat ia berusia masih belia dan beliau menceritakan masih teringat betul hingga sekarang saat bagaimana ia dan keluarganya beserta seluruh warga desa yang lain mengungsi ke desa yang lain dengan membawa ternak dan harta benda yang bisa dibawa. 

Sayangnya saat aku kesana kondisi aliran air terlihat butek keruh kecokelatan, tak terlihat bening seperti di hari biasanya seperti yang dijelaskan oleh bapak petugas yang murah senyum itu. 

Keruhnya air disebabkan adanya proses penambangan pasir yang kemungkinan sedang berlangsung di dataran yang lebih tinggi, dan memang beberapakali kulihat truk bermuatan pasir terlihat melaju melintasi aliran sungai di atas tanggul pertama.

Eh, ada truk penambang pasir lewat ...

Sekarang ini, terutama setelah nama Grojogan Watu Purbo dikenal banyak orang melalui sosial media, areanya tak pernah sepi jadi tujuan lokasi berlibur wisatawan.

Perekonomian warga ikut terdongkrak naik dengan menyediakan aneka jajanan yang tersedia di warung - warung sederhana, penyediaan lahan parkir area, bahkan juga tersedia penyedia jasa pijat ditempat.  

Tak terasa sudah lebih dari satu jam aku menghabiskan waktu berada disana. 

Kepulanganku dari area parkir Grojogan Watu Purbo kembali melewati jalur pos penjagaan restribusi tiket dan mengembalikan dua kartu nomor tanda kunjungan yang dipasang di kaca spion kendaraan dan kartu satunya disimpan sebagai bukti nomor kartu tersebut sesuai dengan nomor kartu satunya. 

Restribusi di lokasi wisata Grojogan Watu Purbo tiket masuk berlaku berikut beaya parkir menetapkan harga cukup terjangkau, lima ribu rupiah perorangnya. 

Menurut penjelasan warga yang bertugas di pos penjagaan restribusi tiket tersebut digunakan untuk mendanai pembangunan jalan yang saat ini kondisi sebagian jalur jalannya menuju ke dan dari area parkir Grojogan Watu Purbo masih berupa bebatuan, belum diaspal secara keseluruhan.

Lokasi: 

Grojogan Watu Purbo 

Dukuh Bangunrejo, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jam Operasional:

06. 00 - 18. 00